![]() |
Gambar dari Internet |
RASAU - Jadi petani bukan tidak berisiko merugi, justru kerugian bisa sangat patal jika tanaman yang mereka tanam diserang hama maupun gagal panen akibat kondisi alam. Seperti yang dialami petani sayur di daerah Kecamatan Rasau Jaya, kebun sayur dan buah-buahan mereka sering diserang hama saat baru ditanam maupun menjelang panen, akibatnya mereka harus mengganti dengan bibit tanaman baru, bahkan merugi.
“Kalau diserang hama itu sudah biasa, terutama hama ulat. Jika sudah diserang hama, tentu bibit tanaman yang kita tanam akan mati dan harus diganti,” ungkap Apin (60) tahun, petani sayur di Kecamatan Rasau Jaya, kemarin. Ketika ditanya apakah petugas dari Dinas Pertanian dan Perternakan Kubu Raya melalui PPL-nya pernah membantu? Apin mengaku belum pernah didatangi atau dibantu petugas PPL.
Apin yang menggarap lahan kurang lebih dua hektar di jalan menuju Rasau tersebut mengaku tidak kesulitan memasarkan hasil panen kebunnya. Hanya saja sekali-sekali kebunnya diserang penyakit dan hama. Dengan demikian ia memilih tanaman yang tahan hama dan penyakit seperti terung, tomat dan cabai besar serta sayur mayur lainnya.“Kalau pupuk, kita gunakan pupuk subsidi dan ada juga pupuk nonsubsidi,” jelas Apin.
Namun, pria yang mempekerjakan enam warga setempat ini, dengan gaji Rp40 ribu/hari bagi perempuan dan Rp60 ribu/hari bagi tenaga kerja laki-laki ini mengaku sudah berkebun sayur sejak tahun 2008. “Soal hasil panen tidak pasti, tetapi tidak merugi, adalah untung sedikit setiap panen,” jelasnya.
Hasil panen ditampung oleh agen, sekaligus pemodal, bagi yang tidak memiliki modal awal untuk menggarap lahan. Dengan demikian setiap kali panen dirinya tidak pusing memikirkan pemasarannya. Untuk meringankan biaya yang dikeluarkan, ia mencangkul sendiri galangan sayurnya. Karena untuk menggarap dua hektar lahan, dirinya perlu modal banyak yakni sekitar Rp100 juta.
Sedangkan setiap galang modal yang dikeluarkan mencapai Rp100 ribu, itu modal yang dikeluarkan sampai panen. Akan tetapi Apin menolak menjelaskan berapa hasil yang didapatkan setiap galangnya. “Tidak pasti hasilnya Pak, yang jelas tidak rugi,” terang Apin. Saat ini Apin sedang menanam tomat dan tangah panen terung serta cabai besar. Selain tempat usaha, kebun Apin juga sering dijadikan obyek penelitian mahasiswa dan studi banding dari kabupaten lain seperti Sintang dan Ketapang. (aan)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !