Meriam Karbit Meriahkan Harjad Kota Pontianak

SULUT MERIAM:Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono beserta tamu undangan menyulut meriam di Taman Alun-alun Kapuas,kemarin(23/10).HARYADI/PONTIANAKPOST

Tradisi Tak Tergerus Zaman, Warga pun Boleh Menyulut

Berbagai program kegiatan telah dan akan diselenggarakan demi memeriahkan Hari Jadi (Harjad) Ke-243 kota Pontianak, salah satunya adalah festival meriam karbit. Dalam acara tersebut masyarkat Pontianak berkesempatan menyulut meriam yang disediakan di Taman Alun-Alun Kapuas, tentu hanya bagi yang memilki keberanian.

IDIL AQSA A, PONTIANAK

Kamis (23/10) malam tepat pukul 19.00 WIB masyarakat kota Pontianak mulai terlihat ramai memadati taman alun-alun kapuas. Cuaca mendung sejak sore hari, awalnya ditakutkan dapat mengganggu jalannya acara. Sebab apabila hujan turun tentu meriam susah untuk dinyalakan.

Syukur ketakutan itu tidak terbukti, cuaca malam masih mendukung, hanya sedikit terasa hawa sejuk akibat angin yang berhembus dari sungai kapuas. Setelah tamu undangan dari pemerintahan hadir festival meriam dibuka oleh sambutan Wakil Walikota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono.

Dalam kesempatan tersebut Edi mengatakan bahwa festival meriam merupakan salah satu tradisi kota Pontianak yang terus dijaga. Edi sedikit bercerita dimana meriam merupakan cikal bakal Kota Pontianak.

“Sejarah meriam sendiri berawal dari, Syarif Abdurrahman yang terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu  kuntilanak dan sekaligus menandakan di mana meriam itu jatuh, maka di sanalah wilayah kesultanannya didirikan,” jelasnya.

Hingga sekarang festival meriam menjadi kegiatan rutin, yang setiap tahuannya diadakan pada malam lebaran Idulfitri. Selain Idulfitri juga pada acara-acara dan momen-momen tertentu, Misalnya hari jadi kota Pontianak seperti sekarang ini.

Acara semalam juga dihadiri oleh tamu kehormatan dari daerah lain, yaitu Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Serang, H Lalu Atarusalam, yang juga mendapat kesempatan meyulut meriam bersama Wakil Walikota Pontianak. “Kebetulan kami ada kunjungan dinas ke sini, kebetulan juga bertepatan dengan hari jadi Kota Pontianak. Akhirnya saya di undang salah satunya kegiatan festival meriam ini,” katanya.

Sekda Kabupaten Serang itu sangat terkesan, menurutnya meriam merupakan icon Pontianak yang harus dipelihara dan dilestariakan. “Sungguh merupakan kesempatan yang luar biasa, saya sangat tersanjung. Waktu kecil saya hanya membuat meriam menggunakan bambu, saya fikir yang di sini suaranya tidak terlalu kencang ternyata luar biasa hingga bergetar, pengalaman ini tidak akan terlupakan seumur hidup,” pungkasnya.

Ada sekiranya tujuh buah meriam dari Gg. H Mursyid, disiapkan pemerintah kota Pontianak untuk bisa dimainakan oleh masyarakat yang ingin mendapat pengalaman berharga menyulut meriam. Tentu hanya bagi siapa saja yang memiliki keberanian.

Panitia Meriam, Diki menceritaka suka duka sebagai pencinta meriam karbit. Di tempatnya di Gg. H Mursyid, sejak puluhan tahun secara turun temurun selalu memainkan meriam pada malam Idulfitri. “Di gang kami jika malam Idulfitri tidak ada bunyi meriam sungguh sepi sekali, selain itu meriam merupakan tadisi yang harus dijaga,” katanya.

Setiap tahun Diki dan warga di kampungnya secara swadaya mengumpulkan dana untuk membuat meriam. “Zaman sekarang membuat meriam sudah sangat susah, selain kayunya yang sulit biayanya juga sangat tinggi. Untuk membuat  satu meriam kita bisa menghabisakan biaya sebesar Rp5 juta,” terangnya.

Namun sekarang Diki dan warga Gg. H Mursyid bisa sedikit lega karena banyak pihak yang telah memberi dukungan untuk menyiapkan meriam setiap tahunnya. Salah satunya adalah dukungan nyata dari pemerintah Kota Pontianak yang telah memfasilitasi dan memberi penghargaan dengan mengadakan festival meriam setiap malam IdulFitri.**