Festival Saprahan
Latihan Hingga Tengah Malam, Pontim Rebut Juara
Walikota Pontianak, Sutarmidji beserta istri dan Wakil Walikota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono beserta istri asyik bersama para tamu undangan menikmati sajian makanan khas Pontianak melalui tradisi saprahan pada Festival Saprahan dalam rangka Hari Jadi ke-243 Kota Pontianak di Aula Rumah Dinas Walikota Pontianak, kemarin.
Marsita Riandini, Pontianak
IBU-ibu PKK mewakili enam kecamatan di Kota Pontianak tampak sibuk menyiapkan segala menu untuk disajikan dalam Festival Saprahan dalam rangka Hari Jadi ke-243 Kota Pontianak. Dalam lomba itu, masing-masing kelompok menyuguhkan menu khas Pontianak.
Dari enam kelompok tersebut, masing-masing memiliki gaya yang berbeda dalam penyajiannya. Tapi kesemuanya menggunakan kain putih panjang sebagai kain saprahannya. Di atas kain saprahan itu kemudian diletakkan berbagai nasi putih dan nasi kebuli beserta lauk pauknya. Tak lupa pula hidangan penutup.
Dalam penyajiannya, semua kelompok menggunakan tempat nasi dan lauk-pauk khas melayu yakni sebuah wadah yang dinamakan basi bewarna putih. Basi-basi ini tersusun apik di atas kain saprahan.
Sembari menyajikan menu lauk-pauk di atas kain saprahan, seorang perwakilan dari kelompok membacakan narasi mengenai tradisi saprahan. Tak lupa pula beragam pantun disampaikan.
Selain mendapat penilaian dari dewan juri, sebelum mencicipi hidangan, Walikota Pontianak, Sutarmidji terlebih dahulu menilai dari segi tampilan para peserta lomba. Sesekali ia memberikan masukan kepada para peserta terkait penampilan saprahannya.
Menurut Sutarmidji, sebaiknya peserta juga menampilkan kreativitas tanpa menghilangkan tradisi khas melayu. “Sebenarnya, bagi saya tidak apa dikreasikan misalnya, kelompok lima. Macam mane tampilannya bisa menunjukkan angka lima,” terang dia.
Sutarmidji juga sempat mengomentari susunan-susanan yang kurang rapi dari para peserta. “Ada yang tidak konsisten. Ada yang air serbatnya terlalu sedikit sehingga ketika diminum, berbekas di kumis nantinya,” ucapnya seraya menyarankan agar peserta menuangkan air tidak terlalu sedikit.
Dari hasil penilaian dewan juri, Kecamatan Pontianak Timur terpilih menjadi pemenang. Tak hanya itu saja, dari hasil penilaian Sutarmidji pun, Pontianak Timur kembali meraih juara pertama. “ Kami sangat bersyukur sekali. Ini bukan kerja sendiri, tetapi dukungan tim,” ucap Ketua Penggerak PKK Kecamatan Pontianak Timur, Wiyanda.
Dikatakan dia, untuk mengikuti festival ini, pihaknya penuh persiapan. “Sejak terima undangan, kami pun melakukan latihan-latihan. Apalagi akar Pontianak itu khan ada di Pontianak Timur. Pernah latihan sampai jam setengah 12 malam. Tapi empat kali latihan, alhamdulillah hasilnya tidak mengecewakan,” ucapnya.
Ketika menyicipi sajian hidangan saprahan itu, antara laki-laki dan perempuan ditempatkan di seprahan yang berbeda. Sehingga mereka makan secara terpisah. Laki-laki dengan laki-laki. Perempuan dengan perempuan.*
Latihan Hingga Tengah Malam, Pontim Rebut Juara
Walikota Pontianak, Sutarmidji beserta istri dan Wakil Walikota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono beserta istri asyik bersama para tamu undangan menikmati sajian makanan khas Pontianak melalui tradisi saprahan pada Festival Saprahan dalam rangka Hari Jadi ke-243 Kota Pontianak di Aula Rumah Dinas Walikota Pontianak, kemarin.
Marsita Riandini, Pontianak
IBU-ibu PKK mewakili enam kecamatan di Kota Pontianak tampak sibuk menyiapkan segala menu untuk disajikan dalam Festival Saprahan dalam rangka Hari Jadi ke-243 Kota Pontianak. Dalam lomba itu, masing-masing kelompok menyuguhkan menu khas Pontianak.
Dari enam kelompok tersebut, masing-masing memiliki gaya yang berbeda dalam penyajiannya. Tapi kesemuanya menggunakan kain putih panjang sebagai kain saprahannya. Di atas kain saprahan itu kemudian diletakkan berbagai nasi putih dan nasi kebuli beserta lauk pauknya. Tak lupa pula hidangan penutup.
Dalam penyajiannya, semua kelompok menggunakan tempat nasi dan lauk-pauk khas melayu yakni sebuah wadah yang dinamakan basi bewarna putih. Basi-basi ini tersusun apik di atas kain saprahan.
Sembari menyajikan menu lauk-pauk di atas kain saprahan, seorang perwakilan dari kelompok membacakan narasi mengenai tradisi saprahan. Tak lupa pula beragam pantun disampaikan.
Selain mendapat penilaian dari dewan juri, sebelum mencicipi hidangan, Walikota Pontianak, Sutarmidji terlebih dahulu menilai dari segi tampilan para peserta lomba. Sesekali ia memberikan masukan kepada para peserta terkait penampilan saprahannya.
Menurut Sutarmidji, sebaiknya peserta juga menampilkan kreativitas tanpa menghilangkan tradisi khas melayu. “Sebenarnya, bagi saya tidak apa dikreasikan misalnya, kelompok lima. Macam mane tampilannya bisa menunjukkan angka lima,” terang dia.
Sutarmidji juga sempat mengomentari susunan-susanan yang kurang rapi dari para peserta. “Ada yang tidak konsisten. Ada yang air serbatnya terlalu sedikit sehingga ketika diminum, berbekas di kumis nantinya,” ucapnya seraya menyarankan agar peserta menuangkan air tidak terlalu sedikit.
Dari hasil penilaian dewan juri, Kecamatan Pontianak Timur terpilih menjadi pemenang. Tak hanya itu saja, dari hasil penilaian Sutarmidji pun, Pontianak Timur kembali meraih juara pertama. “ Kami sangat bersyukur sekali. Ini bukan kerja sendiri, tetapi dukungan tim,” ucap Ketua Penggerak PKK Kecamatan Pontianak Timur, Wiyanda.
Dikatakan dia, untuk mengikuti festival ini, pihaknya penuh persiapan. “Sejak terima undangan, kami pun melakukan latihan-latihan. Apalagi akar Pontianak itu khan ada di Pontianak Timur. Pernah latihan sampai jam setengah 12 malam. Tapi empat kali latihan, alhamdulillah hasilnya tidak mengecewakan,” ucapnya.
Ketika menyicipi sajian hidangan saprahan itu, antara laki-laki dan perempuan ditempatkan di seprahan yang berbeda. Sehingga mereka makan secara terpisah. Laki-laki dengan laki-laki. Perempuan dengan perempuan.*
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !