![]() |
MERIAM KARBIT : Festival Meriam Karbit di Alun Alun Kapuas. Foto Haryadi/Pontianak Post |
Menang Kalah Tak Jadi Soal yang Penting Meriah
Lomba meriam karbit bukan sekadar mencari juara. Tidak semata-mata menentukan siapa menang atau siapa kalah. Namun, ada semangat memeriahkan Hari Jadi Pontianak selain sebagai pelestarian tradisi dan budaya
HENDY-Pontianak
Ada yang lain di Taman Alun Kapuas pada Minggu (20/10) sore. Di bagian pinggir sungai berjajar meriam karbit dengan aneka warna. Hal itu menarik perhatian pengunjung taman alun. Meski juri tengah melakukan penilaian warga tidak sabar untuk mendekat dan mengambil gambar dengan telepon selular.
Wajar saja menjadi perhatian, pasalnya tiga belas meriam karbit tersebut berdandan. Bermacam motif dibubuhkan peserta pada semua bagian meriam. Motif insang sebagai ciri khas Pontianak tentu menjadi yang paling banyak digambar peserta pada meriamnya. Selain itu ada juga motif bunga, pucuk rebung, bulan bintang, bunga, paduan motif Dayak dan Melayu, enggang gading, sampai lukisan Masjid Jami dan Istana Kadriyah.
Lomba meriam karbit kali ini dibagi menjadi dua tahapan. Minggu sore penilaian hanya dilakukan terhadap keindahan meriam. Malam harinya baru juri menilai bunyi, penampilan peserta, dan tarian. “Bunyi meriam memiliki poin tertinggi dalam semua aspek yang dinilai,” kata Ahmad Satarudin salah seorang juri lomba meriam karbit.
Selain Ahmad, juri lainnya adalah Mawardi dan Umar. Ketiganya berbagi peran dalam melakukan penialain. “Saya dan Pak Mawardi menilai bunyi dan penampilan peserta, sedangkan Pak Umar khusus hiasan fisik meriam,” jelas Ahmad.
Tidak semua peserta memasang target juara pada lomba meriam karbit ini. Regu Batas Kota dari Parit Mayor misalnya, mereka baru tahun ini mengikuti lomba dalam rangka hari jadi Pontianak. Tidak ada target yang dipasang. “Yang penting ulang tahun Pontianak meriah,” ucap Ari Ismawan.
Meriam Batas Kota memiliki panjang 5 meter dengan diameter 40 centimeter. Kayu yang digunakan merupakan salah satu dari tujuh meriam yang pada malam takbiran disulut di Parit Mayor. Pemilihan meriam ini melalui musyawarah. “Akhirnya kami pilih yang ini. Pertimbangannya kayunya lurus sehingga mudah dihias,” kata Ari.
Enam orang yang mengerjakan meriam tersebut hingga cantik ketika tampil di Taman Alun Kapuas. Mereka berbagi tugas, ada yang memasang simpai, melubangi, hingga menghias. “Tetapi kalau dari awal mengangkat meriam itu kami gotong-royong,” jelas Ari.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pontianak, Hilfira Hamid menilai lomba meriam karbit tahun ini lebih menarik dari sisi fisik. Itu dianggapnya sangat positif karena masyarakat tidak hanya dapat menikmati dengan telinga tetapi juga memanjakan mata. “Lihat saja masyarakat senang mendekat walaupun meriam belum disulut,” tuturnya. Kelebihan lomba tahun ini dianggap Hilfira tidak terlepas dari peran anak muda yang menjadi peserta. “Bagus memang anak muda banyak terlibat sehingga mereka dapat menyalurkan kreatifitasnya seperti ini,” ungkapnya.(*)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !