![]() |
ASET WISATA: Arakan pengantin ini bisa menjadi salah satu aset wisata di Pontianak.SHANDO/PONTIANAKPOST |
Persaingan
di sektor pariwisata semakin ketat. Setiap daerah berlomba-lomba
menawarkan obyek wisatanya agar dikunjungi para pelancong. Ditengah
persaingan tersebut Kota Pontianak perlu berkreasi agar memiliki pembeda
dengan daerah lainnya.
“Kita harus memiliki sesuatu yang unik, agar banyak wisatawan yang datang berkunjung,” ujar Agus Suyatna dari Insan Pedulu Pariwisata.Disebutkan dia, Pontianak sesungguhnya memiliki keunikan yang tidak dimiliki daerah lainnya di seluruh dunia, yaitu Tugu Khatulistiwa. Kota Pontianak merupakan satu-satunya kota di dunia yang dilintasi garis imajinasi tersebut. “Selama ini setiap Maret, kita selalu menggelar seremoni titik kulminasi di tugu, tapi belum mampu menarik banyak wisatawan,” sebutnya.
Menurut Agus, selain “Hari Tanpa Bayangan” perlu diciptakan even lain yang mampu menarik wisatawan dalam jumlah besar. “Kalau perlu, kita adakan seminar yang mengundang para ilmuwan geofisika untuk simposium di Pontianak. Di sana kita minta fenomena-fenomena unik apa saja terkait garis khatulistiwa. Itu bisa dikembangkan menjadi suatu wisata yang unik,” sebutnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Asita, Guntomo menyebut masih banyak obyek wisata alam unik di Kalbar yang belum tereksplorasi. “Ada beberapa fenomena alam di kita yang seharusnya bisa diangkat. Contohnya adalah Batu Belimbing di Singkawang,” katanya.
Disebutkan dia, selain memiliki bentuk yang tak lajim, menjulang ke atas, batu tersebut juga berdiri dengan pondasi yang lancip. “Banyak yang heran mengapa batu tersebut bisa stabil berdiri. Bagian bawahnya yang lebih kecil mampu menopang seluruh tubuh yang besar,” tambahnya.
Masalah promosi juga dinilai harus efektif. Alih-alih memasang iklan di berbagai negara sasaran yang akan mahal harganya. Anto W Soemartono, wakil ketua PHRI menilai ada baiknya, dinas pariwisata mengundang duta besar negara-negara sahabat untuk datang pada momen titik kulminasi. “Kunjungan itu akan masuk dalam catatatn mereka, dan mungkin akan dipromosikan kepada rakyat negaranya masing-masing,” tukasnya.
Perihal aksesibilitas menuju Pontianak dinilai tidak ada kendala. Pontianak sebagai ibukota provinsi memiliki sarana yang memadai. “Di Indonesia, penerbangan kita, Pontianak termasuk jalur yang paling ramai. Tidak ada masalah untuk penerbangan ke Pontianak,” pungkasnya. (ars)
“Kita harus memiliki sesuatu yang unik, agar banyak wisatawan yang datang berkunjung,” ujar Agus Suyatna dari Insan Pedulu Pariwisata.Disebutkan dia, Pontianak sesungguhnya memiliki keunikan yang tidak dimiliki daerah lainnya di seluruh dunia, yaitu Tugu Khatulistiwa. Kota Pontianak merupakan satu-satunya kota di dunia yang dilintasi garis imajinasi tersebut. “Selama ini setiap Maret, kita selalu menggelar seremoni titik kulminasi di tugu, tapi belum mampu menarik banyak wisatawan,” sebutnya.
Menurut Agus, selain “Hari Tanpa Bayangan” perlu diciptakan even lain yang mampu menarik wisatawan dalam jumlah besar. “Kalau perlu, kita adakan seminar yang mengundang para ilmuwan geofisika untuk simposium di Pontianak. Di sana kita minta fenomena-fenomena unik apa saja terkait garis khatulistiwa. Itu bisa dikembangkan menjadi suatu wisata yang unik,” sebutnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Asita, Guntomo menyebut masih banyak obyek wisata alam unik di Kalbar yang belum tereksplorasi. “Ada beberapa fenomena alam di kita yang seharusnya bisa diangkat. Contohnya adalah Batu Belimbing di Singkawang,” katanya.
Disebutkan dia, selain memiliki bentuk yang tak lajim, menjulang ke atas, batu tersebut juga berdiri dengan pondasi yang lancip. “Banyak yang heran mengapa batu tersebut bisa stabil berdiri. Bagian bawahnya yang lebih kecil mampu menopang seluruh tubuh yang besar,” tambahnya.
Masalah promosi juga dinilai harus efektif. Alih-alih memasang iklan di berbagai negara sasaran yang akan mahal harganya. Anto W Soemartono, wakil ketua PHRI menilai ada baiknya, dinas pariwisata mengundang duta besar negara-negara sahabat untuk datang pada momen titik kulminasi. “Kunjungan itu akan masuk dalam catatatn mereka, dan mungkin akan dipromosikan kepada rakyat negaranya masing-masing,” tukasnya.
Perihal aksesibilitas menuju Pontianak dinilai tidak ada kendala. Pontianak sebagai ibukota provinsi memiliki sarana yang memadai. “Di Indonesia, penerbangan kita, Pontianak termasuk jalur yang paling ramai. Tidak ada masalah untuk penerbangan ke Pontianak,” pungkasnya. (ars)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !